Karakter Para Pendidik Sukses

parentsAda karakter-karakter mendasar yang apabila seorang pengajar memilikinya, maka akan banyak membantunya dalam melakukan aktivitas pendidikan. Kesempurnaan manusia hanya dimiliki oleh para rasul ‘alayhimussalam. Tetapi setiap orang boleh berusaha sekuat tenaga dan melatih diri untuk bisa memiliki akhlak yang baik dan sifat-sifat yang terpuji. Terlebih lagi apabila dia menjadi teladan dalam dunia pendidikan yang diperhatikan dan ditiru oleh generasi baru bahwa dia adalah guru dan pembimbing mereka. Berikut ini adalah karakter-karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendidik. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua agar dapat memiliki sifat-sifat tersebut.

  1. Tenang dan tidak terburu-buru.

    Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda kepada Asyaj bin Abdil Qais, “Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua perkara yang dicintai Allah, tenang dan terburu-buru”. Diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas.

  2. Lembut dan tidak kasar

    Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya kelembutan tidaklah terdapat pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan mencemarinya”. Diriwayatkan oleh Muslim.

  3. Hati yang penyayang
    Dari Abu Sulaiman Malik bin Huwairits radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :

    Kami datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam. Saat itu kami masih muda-muda dan berusia sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama dua puluh malam. Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah orang yang lembut dan penyayang. Beliau menyangka bahwa kami rindu kepada keluarga kami. Beliau bertanya kepada kami tentang keluarga yang kami tinggalkan, maka kamipun menceritakan kepada beliau. Beliau bersabda,”Pulanglah kalian kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka. Bimbinglah mereka dan berbuat baik kepad amereka. Shalatlah, shalat demikian pada waktu demikian dan shalat demikian pada waktu demikian. APabila waktu shalat telah tiba, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan dan orang yang tertua dari kalian bertindak sebagai imam.”

  4. Memilih yang termudah selama bukan termasuk dosa
    Dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :

    “Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam menentukan pilihan antara dua perkara melainkan beliau memilih yang termudah diantara keduanya selama bukan termasuk dosa. Apabila termasuk dosa, maka beliau menjadi orang yang paling menjauhinya. Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam marah untuk dirinya sendiri dalam masalah apapun kecuali apabila syariat Allah dilanggar, maka beliau akan marah karena Allah SWT.”

  5. Toleransi
    Disini perlu kita pahami dengan benar apa yang dimaksud dengan toleransi, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain dalam bentuk yang optimal. Bukan dalam pandangan yang sempit, sehingga maknanya bukan kelemahan dan kehinaan. Tetapi, maksudnya adalah memberi kemudahan sebagaimana yang diperbolehkan oleh syariat.
    Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :

    Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,”Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang rang yang haram masuk neraka dan neraka haram atasnya? Setiap orang yang mudah, dekat, dan toleransi.”

  6. Menjauhkan diri dari marah
    Sesungguhnya kemarahan, fanatisme, dan rasialisme adalah sifat negatif dalam aktivitas pendidikan. Bahkan, demikian juga dalam sosial kemasyarakatan. Apabila seseorang dapat menahan amarahnya dan sanggup menguasai dirinya, maka itu adalah kebahagiaan baginya dan bagi anak-anaknya. Demikian juga sebaliknya.
    Dari Abu Huraihah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :

    Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya yang pemberani bukanlah orang yang pandai berkelahi. Orang yang pemberani adalah orang yang mampu menguasai diri ketika marah.”

  7. Seimbang dan proporsional
    Bersikan ekstrem adalah sifat yang tersela pada urusan apapun. Oleh karena itu kita dapati Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam selalu suka bersikap proporsional dan seimbang dalam urusan tiang agama.
  8. Selingan dalam memberi nasehat
    Banyak biacara sering kali tidak memberikan hasil apa-apa. Sebaliknya, memberikan nasehat yang baik dengan jarang justru sering kali menghasilkan sesuatu yang besar dengan izin Allah SWT. Oleh karena itulah Imam Abu Hanifah menasihatkan kepada murid-muridnya dengan mengatakan,”Janganlah engkau ungkapkan pemahaman agamamu kepada orang yang tidak menginginkannya.”

Tulisan ini saya rangkum dari satu satu materi pada buku Prophetic Parenting – Cara Nabi Mendidik Anak karya DR.Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, yang sangat penting untuk kita ketahui bersama sebagai pendidik generasi penerus. Selain sebagai cacatan pribadi saya, semoga resume ini bermanfaat untuk seluruh orang tua.

 

Salam HE,
Winda Maya Frestikawati

Leave a comment